Wahai Ayah, Ibu, Jaga dan Peluk Anak-Anak Kita
Late post, tulisan ini pernah dimuat di Republika
Kasus bullying terjadi lagi. Kali ini menimpa Audrey, siswi SMP yang dikeroyok oleh siswi SMA. Kasusnya menjadi viral dan mengundang simpati dan support kepada korban. Sebaliknya mengundang kemarahan bahkan bullying balik kepada para pelaku. Apalagi pelaku yang dinilai tak merasa bersalah dan menyesal dengan tindakannya lantaran masih sempat menayangkan snapgram tingkah laku mereka di kantor polisi.
Kalau kita mengamati dan mengingat, kasus bullying sudah terjadi sejak dulu. Teringat zaman sekolah dasar, saya pernah menjadi korban bullying dan menyaksikan praktek bullying yang tak sedikit. Guru dan orang tua seakan tak berdaya juga menghadapi pelaku yang memang terkenal nakal dan sering melanggar aturan sekolah.
Mengapa kasus bullying pada zaman saya tersebut tidak viral bahkan mungkin lingkungan sekitar pun tak tahu. Ya, zaman dulu belum ada akses teknologi informasi seperti saat ini. Tayangan yang menyajikan adegan kekerasan dan juga tak mendidik belum menjamur seperti sekarang. Makin canggihnya teknologi, makin besar juga dampak negatif yang ditimbulkannnya. Bagaimana tidak? Media sosial yang sejatinya dimanfaatkan untuk silaturahim, mengunggah hal-hal yang positif dan menebarkan kebaikan, justru dibuat untuk hal yang bisa merusak. Banyak sekali kita temukan tayangan gambar dan video yang memberikan contoh perilaku kekerasan, kasus bullying yang sengaja disebarkan bahkan kasus yang berujung pembunuhnan pun tak sedikit kita temukan. Wajar, jika generasi terutama remaja banyak terpengaruh dan menirukannya tanpa merasa bersalah.
Belum lagi masalah anak-anak dengan orang tua dan keluarganya serta lingkungan terdekatnya. Tak sedikit para pelaku bullying tersebut adalah korban dari rumah tangga yang broken home. Orang tua cerai dan keluarga yang tak harmonis. Kurang perhatian dan kasih sayang, lantaran orang tua sibuk. Dan tak sedikit juga orang tua yang abai dengan kewajibannya, menyerahkan total pendidikan anaknya kepada sekolah.
Sungguh tak habis pikir seorang siswi SMP dan siswa SMA. Mereka sama-sama perempuan. Tak adakah hati nurani yang tersisa? Tak adakah sedikit rasa iba ketika melihat korban disiksa? Kemana rasa kemanusiaan mereka? Kemana perginya akhlak dan budi pekerti mereka? Wahai para orang tua, ayah dan ibu, mari jaga anak-anak kita. Peluk erat anak-anak kita.
Hidup dalam sistem sekuler saat ini memang tak mudah. Gempuran pemikiran liberal dan gaya hidup yang bertentangan, dan tak seharusnya diikuti oleh generasi negeri yang mayoritas muslim ini. Namun faktanya, serangan budaya dan pemikiran liberal tersebut dengan begitu bebasnya menancap di benak dan akhirnya diikuti. Apakah kita rela membiarkan mereka terus tergerus dan teracuni ide-ide sekuler dan liberal yang makin merajalela?
Pemerintah yang sejatinya sebagai pengayom rakyatnya, sebagai pelindung dan menjaga agar kasus bullying dan kekerasan itu tak terjadi lagi, faktanya sampai saat ini belum ada upaya yang betul-betul optimal. Tayangan di televisi dan internet masih bebas, sistem pendidikan yang sangat sedikit memasukan kurikulum agama. Bahkan pelajaran agama hanya dua jam saja setiap minggunya. Itu pun hanya seputar ibadah keseharian. Sistem pendidikan sekuler kapitalistik yang outputnya jauh dari output yang diharapkan yaitu menjadikan generasi cerdas dan bertakwa. Sistem hukum dan sanksi yang lemah dan mudah tergadai dengan seringnya pelaku yang kaya dan berkedudukan tinggi, lolos dari hukum. Ibaratnya, hukum tumpul ke atas, namun tajam ke bawah.
Generasi sekarang sejatinya adalah calon penerus untuk membangun negeri ini. Generasi yang diharapkan mampu mengubah peradaban (agent of change). Anak-anak adalah amanah dari Allah yang diberikan kepada kita. Dan pastinya akan diminta pertanggungjawaban. Orang tualah yang pertama kali diminta dan ditanya. Sudahkah kita mendidik mereka dengan baik dan optimal seperti apa yang Allah perintahkan? Apa jadinya jika kasus bullying pada generasi ini masih terjadi? Jawaban apa yang akan kita berikan nanti di akhirat kelak?
Selama sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalis sekuler, maka kasus bullying ini akan terus terjadi. Untuk itu, mari segera kita benahi dan berjuang bersama untuk mengubah sistem yang sudah rusak ini menjadi sistem yang Allah ridhoi. Sistem ideal yang akan menjaga dan menerapkan syariat-Nya di segala aspek kehidupan. Baik aspek ekonomi, sosial, dan pendidikan, dan aspek hukum sanksinya. Hingga akan terlahir generasi yang taat, salih dan berakhlak mulia.
Wahai ayah dan ibu, mari jaga dan peluk anak-anak kita.
19 komentar untuk "Wahai Ayah, Ibu, Jaga dan Peluk Anak-Anak Kita"
Dpt dijadikan pelajaran jika nantinya diberi kesempatan punya amanah
Lalu bagaimana membekali anak2 kita untuk menyikapi bullying dalam prgaulannya ya ustazah?. Semoga Allah senantiasa melindungi anak-anak kita..aamiin
dan perbanyak do'a penjagaan di akhir zaman, terutama buat anak saya yg sudah usia baligh
jazakillah khayran untuk tulisannya ustadzah 🙏🙏
Terimakasih sudah membaca, Jika berkenan, Silakan beri komentar....:-)