"Umi, Kok Sekolah Lagi?"
“ Umi, kok sekolah lagi? Umi kan sudah punya anak?”
Begitulah pertanyaan polos anak perempuan saya yang kedua, Wafa beberapa tahun lalu. Saya tersenyum kepadanya dan mencoba memberi jawaban yang tepat dan mudah dipahami.” “Nak, Umi sekolah lagi biar tambah pintar dan bisa ngajari wafa banyak hal. Dan Allah akan memberi pahala yang banyak untuk siapa yang rajin menuntut ilmu.” Wafa pun mengangguk dan berkata: “Oh, begitu… biar Umi tambah pintar dan disayang Allah ya?" “Yup!” Jawab saya penuh semangat.
Menjalani peran sebagai istri sekaligus ibu, dan seorang mahasiswa tentu bukan hal yang mudah. Saya cukup kesulitan untuk membagi waktu, terutama jika banyak tugas kuliah yang harus segera diselesaikan. Hal ini sempat membuat saya patah semangat terlebih jika anak saya sakit. Apalagi saya masih mendengar ungkapan seperti ini, jadi perempuan itu tidak usahlah sekolah tinggi-tinggi, toh nanti juga urusannya ketemu dapur, sumur dan kasur. Perempuan itu cukup sekolah sampai SMP atau SMA saja, kuliah sampai lulus sarjana saja itu sudah bagus sekali. Cukuplah, gak usah tinggi-tinggi, eman-eman kalau tidak dipakai. (hari gini masih ada yang punya pemikiran kayak gini? Iya, masih ada!)
Paradigma berpikir keliru tersebut kerap terjadi karena kurangnya pemahaman tentang hakikat menuntut ilmu. Menurut agama yang saya anut, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu terutama ilmu agama. Hal inilah yang kurang dipahami oleh masyarakat terutama yang masih minim akan edukasi pentingnya dan makna pendidikan. Hidup dalam era modern yang semuanya menuntut terpenuhinya materi, umumnya menjadikan perempuan sekolah hanya untuk bekerja dan menghasilkan materi. Jadi kalau sudah berumah tangga, mengapa sekolah lagi? apalagi yang sudah kaya, tak perlulah lanjut sekolah tinggi, toh sudah ada yang memberi nafkah, uang berlimpah, keliling dunia dan sebagainya.
Pernyataan itu terkadang membuat saya patah semangat, dan ragu untuk terus lanjut kuliah. Tapi, dengan niat semata karena mengharap rida-Nya, serta kewajiban menuntut ilmu, saya tetap bertahan. Dukungan suami dan keluarga kepada saya menambah semangat dan keyakinan saya untuk lanjut kuliah. Suami yang begitu pengertian dan siap siaga untuk membantu saya agar segera menyelesaikan studi. Ah, saya sangat bahagia dan bersyukur.
Sekolah tinggi itu bukan semata untuk memperoleh gelar. Dengan gelar itu nanti akan bekerja di lembaga yang bergengsi dan mendapat gaji tinggi. Buktinya, banyak yang tak mengenyam sekolah tinggi pun mereka bisa sukses. Karena memang menuntut ilmu itu tidak harus melalui pendidikan formal. ada banyak jalan untuk meraih ilmu. sekali lagi, bukan karena ingin rentetan gelar, ada hal yang lebih penting lagi bagi saya, untuk lanjut S2 yaitu:
Pertama, karena menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, meskipun memang tidak harus didapatkan di lembaga formal. Kedua, karena ibu adalah pencetak generasi pertama dan utama. Ibu, adalah pendidik. Menjadi Ibu rumah tangga bagi saya tidaklah mudah, perlu ilmu dari A sampai Z. jadi, tidak ada alasan untuk berhenti menuntut ilmu, atau pun ketika ingin lanjut sekolah. Dan yang ketiga,ini adalah amanah dari orang tua saya, terutama almarhumah ibu saya. Mereka berharap saya lanjut S2 agar bisa ikut mengajarkan ilmu atau menjadi seorang pengajar. Keempat, mengajar adalah passion dan cita-cita saya. Ya, memang cita-cita saya dan minat saya adalah menjadi dosen. Alhamdulilah saya bisa menjalani materi kuliah S2 dan lulus dengan cukup baik, meski harus menunda waktu untuk menyelesaikan tesis. Karena waktu itu saya hamil anak yang ketiga.
Oya, bicara soal ibu rumah tangga lanjut kuliah S2, saya punya seorang teman blogger yang punya pengalaman yang hampir sama, bedanya dia lulusnya lebih cepat ketimbang saya, hehe. Dan temannya gak ada yang nyiyirin, malah salut dengan dia. Salut karena sudah punya anak tapi masih mau lanjut kuliah. Teman saya ini sudah lama aktif ngeblog, tulisannya banyak diulas di blognya www.ardiba.com. Mak Diba, biasa kami memanggilnya di komunitas emak blogger, berbagi pengalamannya ketika lanjut S2.
Diba dengan putranya, Ais |
Alasan Mak Diba lanjut S2 sama seperti saya, yaitu ingin menjadi dosen seperti Ibundanya. Wah, sehati passionnya, ya Mak. Mak Diba ketika lanjut kuliah S2 sudah mempunyai anak usia 2 tahun. Manajemen waktu antara kuliah dan mengurus rumah tangga dan sebagai seorang ibu, Mak Diba cukup pandai menjalankannya. Tentu dengan support suami dan keluarga besarnya.
Ais, putra Mak Diba pun sudah bisa mengerti jika bundanya mau mengerjakan tugas kuliah atau pun pergi untuk kuliah. Dan cara membangun kedekatan dengan Ais, Mak Diba punya tips yaitu menemaninya ketika belajar dan bermain, dan melakukan hal-hal yang Ais suka. Pokoknya jalani dengan happy aja. Hmm… ini catatan baru bagi saya, karena terkadang hal ini saya melupakannya. Mak Diba juga akan lanjut lagi kuliah S3 jika cita-citanya menjadi dosen tercapai. Aamiin semoga segera, ya, Mak.
Untuk ibu-ibu yang hendak melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, baik S2 maupuan S3 terutama yang sudah mempunyai anak, alangkah lebih baiknya memerhatikan hal-hal berikut:
Pertama, bicarakan dan mintalah izin suami, karena hal ini sangat penting, terkait biaya dan sebagainya. Meskipun dapat dari beasiswa, pastilah ada sedikit atau banyak biaya tak terduga lainnya. Dan jika suami tidak mengizinkan, repot kan?
Kedua, pilih waktu dan lokasi yang tepat, alangkah baiknya jika kita mengambil kuliah pada saat kita tidak hamil/menyusui. Seperti mak Diba ya, kuliah ketika Ais usia 2 tahun. Tapi, hal ini tentu sulit memastikan kita untuk tidak hamil ketika kuliah apalagi jika kita mendapat program beasiswa tentu harus mengikuti waktu yang ditentukan. Tapi dalam kondisi hamil atau menyusui sebenarnya bisa juga untuk lanjut studi, meski akhirnya ada yang harus diperjuangkan dan dikorbankan.
Ketiga, jika terpaksa harus menitipkan anak, pastikan jadwal kuliah, agar mudah mengkondisikan anak jika ingin dititipkan.
Keempat, yang paling penting adalah jangan sampai kuliah kita itu melalaikan tugas utama kita sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Dalam hal ini kita dituntut untuk bisa memenej waktu dengan baik bagaimana kita bisa menselaraskan kewajiban-kewajiban, sebagai istri, ibu, dan mahasiswa.
Kelima,semangat dan selalu senang dan enjoy saat jalani kuliah dan juga tugas-tugasnya. Supaya cepat kelar dan gak molor waktunya, kayak saya. Hehe...
Ibu-ibu yang mau lanjut kuliah lebih tinggi lagi, tetap semangat, ya!
Yasarallahu umurona, Aamiin.
8 komentar untuk ""Umi, Kok Sekolah Lagi?""
Terimakasih sudah membaca, Jika berkenan, Silakan beri komentar....:-)