Anakku, Rezekiku
Pernah dengar ungkapan “Banyak Anak Banyak
Rezeki”? yah, ungkapan itu bagi ku ada benarnya, tidak ada alasan takut untuk
punya banyak anak, apalagi karena alasan materi, takut tidak bisa menghidupi
mereka dan sebagainya. Karena Allah pasti akan memberi rezeki pada setiap
makhlukNya. Anak itu juga Rezeki lho…dan kebanyakan orang mempersepsikan Rezeki
adalah hanya berupa harta, uang atau kekayaan materi. Tetapi Anak adalah sebagai
rezeki, ini yang sering atau terkadang dilupakan. Padahal, anak juga adalah
rezeki dari Allah kepada hamba-hambaNya. Bahkan, rezeki yang paling berharga
dan tidak bisa tergantikan dengan harta yang melimpah sekalipun.
Dan...mempunyai anak adalah suatu hal yang paling membahagiakan ketika sudah berumah tangga, suatu yang fitrah, bagi pasangan yang sudah menikah, mereka ingin mempunyai keturunan, buah hati yang mengalirkan darah mereka. Anak juga sebagai bukti eksistensi kita hidup di dunia dimasa mendatang jika kita sudah tidak ada. Begitupun aku dan suamiku, ingin sekali punya anak yang banyak, yang akan meneruskan generasi di masa yang akan datang. Menjadi generasi sholeh, cerdas dan kuat. Generasi yang akan menjadikan peradaban ini lebih baik dan maju.
Sebulan pasca menikah, aku haid, agak
sedih, karena sangat berharap bisa langsung hamil. Tapi suami menguatkanku. “Sabar,
baru juga haid pertama, jangan menyerah!” katanya memberi semangat. “Coba
lihat, pasangan yang sudah menikah jauh sebelum kita, dan yang sudah menikah
belasan tahun, juga ada yang belum dikaruniai anak. “Sabar…kita belum apa-apa”.
Kata-kata suamiku yang sangat menyentuhku. Ya Allah…sabarkan aku. Ikhtiar dan
doa tak hentinya kupanjatkan. Bertanya pada pakar dan teman yang sudah
berpengalaman, serta belajar sendiri dengan membaca dan mencari artikel terkait
kehamilan. Sungguh menyenangkan.
“Hore.. Alhamdulilah positif!” teriakku
saking senangnya. Akhirnya dibulan kedua, aku positif hamil, Aku dan suami
serta keluarga bahagia sekali, terutama keluarga suami, karena ini memang calon
cucu pertama bagi mereka. Tapi, mempunyai anak atau tidak itu juga rahasia
Allah, kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar untuk bisa mewujudkannya. Ketika
kehamilanku berusia tujuh minggu, aku keguguran, sungguh sedih, aku hanya bisa
menangis waktu itu. Tapi lagi-lagi suamiku dengan sabar menguatkan dan
memotivasiku. Membesarkan hatiku agar
tidak terpuruk dan putus asa. Dan suamiku berkata padaku dengan lembut: “InsyaAllah
calon anak kita yang gugur akan menjadi tabungan pahala kita disurga”. Aamiin.
Sungguh sangat menentramkan hati dan rasanya jadi semangat lagi.
Hampir satu tahun berlalu, setelah aku
melewati hari ke hari, bulan ke bulan dengan rasa yang terkadang was-was karena
belum kunjung hamil. Sebuah anugerah akhirnya datang kepadaku, aku positif hamil!
hamil yang kedua ini, aku sikapi dengan bertawakkal kepadaNya. Memohon
perlindungan untukku dan bayiku agar selamat dan sehat sampai persalinan. Juga
berserah diri kepada apapun keputusanNya. 22 Agustus 2006, anakku yang pertama
lahir secara normal dengan selamat, cantik sehat dan lucu. Rezeki yang luar
biasa bagiku. Sungguh kelahirannya bagai bintang yang memberi sinar kepada
keluarga besarku, kami memanggilnya Najmah, yang berasal dari bahasa Arab yang berarti
Bintang.
Lima bulan kemudian, tanpa direncanakan aku
hamil lagi, antara senang dan sedih. Senang karena mendapatkan rezeki dan
kepercayaan dari Allah untuk hamil lagi. Sedih karena anakku masih ASI dan juga
belum lulus ASI Eksklusifnya. Sampai ketika usia 4 minggu, aku mengalami
perdarahan, sakit sekali rasanya, dan ketika diperiksa ke dokter, ternyata aku
mengalami hamil diluar kandungan. Janin tidak berkembang di dalam rahim, tapi
di saluran telurnya. Dokter menyarankan aku untuk operasi dan tidak hanya
diambil janinnya, tapi juga memotong saluran telurnya, untuk mengantisipasi
agar tidak terulang lagi. Karena pada kebanyakan wanita yang mengalami hal ini,
ketika hanya diambil dan dibersihkan saja, akhirnya terulang lagi, sampai ada
yang 3 kali. Akhirnya aku dan suamiku hanya pasrah, menurut saja apa kata dan
saran dokter.
Sehari pasca operasi, jujur ada sesuatu
yang hilang pada diriku, sedih karena kehilangan calon anakku yang kedua. Dan
yang paling membuat aku syok adalah karena aku hanya punya saluran telur satu,
yang sebelah kiri sudah dipotong, sedih membayangkan apakah nanti aku bisa
hamil lagi atau tidak. Secara aku pernah mendengar cerita temanku yang pernah
alami hal yang sama, sampai anaknya yang pertama sudah kuliah, tapi tak kunjung
hamil lagi. “Masih bisa Bu, kan masih ada satu lagi? Jangan khawatir, Ibu subur
kok, insyaAllah bisa hamil lagi.” Dalam hati aku mengamini ucapan dokter dan
berusaha untuk kuat dan tersenyum. Agak lega, apalagi suamiku tak bosannya
memberi semangat dan menghiburku.
Setahun pasca operasi berlalu, anakku
hampir menjelang usia dua tahun, aku menjalaninya dengan ringan dan mencoba
untuk tidak ngoyo dalam program punya anak lagi. Aku selalu mencoba untuk berpikir positif dan optimis.
Jika Allah berkehendak aku hamil lagi, pasti itu akan terjadi, rezeki pasti
tidak akan kemana. dan benar saja, aku hamil lagi! Hamil lagi pasca operasi, dengan
waktu yang tidak terlalu lama, puji syukur ya Allah…Terimakasih, Engkau
kabulkan doa kami…
Sembilan bulan lebih kemudian, aku
melahirkan lagi, bayi yang cantik dan mungil, walau perempuan lagi (karena
memang aku dan suamiku berharap punya anak laki-laki) tapi itu tidak mengurangi
rasa bahagia dan syukurku bisa punya anak lagi. Duh bahagianya…..hari-hari aku
jalani dengan riang dan penuh semangat.
Menjelang usia enam bulan anakku yang
kedua, aku telat! Dag dig dug ketika aku menunggu hasil alat test kehamilan.
Subhanallah….dua garis tampak! Positif! Memang sejak melahirkan anak yang
pertama, Aku dan suamiku berkomitmen untuk tidak pakai alat kontrasepsi dulu,
karena aku dan suamiku bercita-cita masih ingin punya anak lagi, dua, tiga atau
empat lagi. Dan selama ini aku hanya memakai sistem kalender. Hasilnya yah bisa
tepat dan tidak dalam menghitung masa subur. Tapi hasilnya aku serahkan pada
Allah. Jika hamil, aku mensyukurinya dan jika belum, maka ikhtiar tetap kami
lakukan. Aku tertegun, melihat alat test itu, benar positif gak ya? Aku
langsung menunjukkan hasilnya pada suamiku. “Alhamdulilah, disyukuri jika
memang benar hamil lagi”. Katanya sambil mencium keningku. Jujur, aku tidak
bisa ungkapin perasaanku, antara senang dan takut. Takut terulang lagi! Ya
Allah kuatkan aku…..sehatkan, dan lancarkan kehamilanku kali ini.
Anak adalah rezeki, dan perkara kita bisa
punya anak atau tidak itu adalah rahasia Allah semata, manusia hanya bisa
berikhtiar dalam wilayah yang dia kuasai. Dan selanjutnya dia pasrahkan
hasilnya hanya kepada Allah, bertawakkal kepadaNya. Ibarat kita memarkir sebuah
mobil, tentu kita parkir dengan hati-hati dan ditempat yang seharusnya, serta
tidak lupa untuk mengunci mobilnya agar aman. Selanjutnya kita pasrahkan kepada
Allah. Itulah hakekat tawakkal. Tidak malah sebaliknya, berniat tawakal tapi
kita tinggal mobil itu sembarangan dan tidak menguncinya pula. Ini terkadang
yang sering aku lupakan.
Usia kandungan genap lima bulan, aku
mengalami kontraksi hebat, seperti mau melahirkan. Aku takut sekali, takut
kalau harus lahir prematur, padahal masih lima bulan. Aku pasrah. Di klinik aku
opname, harus bedrest total. Alhamdulilah setelah cek, bayiku di dalam rahim
masih sehat, denyut jantungnya masih norml dan tidak ada tanda-tanda mau lahir.
Mungkin kontraksi ini karena kelelahan dan aku masih menyusui anakku yang
kedua. Aku harus istirahat total selama
beberapa hari dan tidak menyusui lagi. Alhamdulilah tidak ada kendala dan tiga
hari kondisi kandungan sudah normal lagi dan bisa pulang.
Setelah menjalani kehamilan yang ketiga,
yang cukup luar biasa liku-liku dan suka dukanya, akhirnya aku melahirkan
secara normal. Luar biasa senangnya….seorang bayi laki-laki yang sehat, montok
dan lucu. Akhirnya doa kami terkabul. Lengkap sudah kebahagiaanku, dikaruniai rezeki
anak laki-laki dan perempuan. Syukurku tak henti-hentinya. Hidupku bertambah
bahagia, walau tidak punya materi yang berlimpah ruah, tapi aku dan anak-anakku
tidak kekurangan. Aku merasa cukup. Aku pun sudah sangat bersyukur karena telah
dianugerahi rezeki yang sangat berharga yaitu: anak-anakku yang luar
biasa….Terimakasih Ya Allah….semoga aku bisa mensyukuri rezeki ini dan bisa menjaga
amanah-Mu. Aamiin…
Posting Komentar untuk "Anakku, Rezekiku"
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca, Jika berkenan, Silakan beri komentar....:-)